"Setiap manusia punya cerita. Di balik tawa ada kegetiran. Di balik ratapan terselip harapan.
Hidup itu jalinan cerita. Manis di awal belum tentu bahagia. Pahit pun bukan kartu mati.
Kisah hidupku terus berlanjut. Entah sampai kapan."

Thursday 13 August 2009

Potret

di sisimu ia berada
katamu tiada istimewa
bercakap tak terpikat
bertatap tak berdebar
bersentuh tak tergetar

lalu ia beringsut menjauh
katamu jangan berlalu
sontak ia bak permata
diburu tak kenal waktu
didamba tak hirau harga

ah, manusia
sia-sia memiliki
tiada rela kehilangan

Friday 10 July 2009

Stupid Cupid

Seorang pemuda tampan dari kota besar berjumpa dengan gadis pemalu yang cantik dari sebuah kota kecil. Layaknya sebuah drama, semua berharap mereka hidup berbahagia selamanya. Sayang sekali ini bukanlah sinema ... inilah akhir dari kisah cinta mereka.

Sunday 5 July 2009

Mimpi yang tak sampai

Waktu kecil aku begitu diam, tenggelam oleh keceriaan dan keceriwisan teman-teman, hingga sering luput dari perhatian guruku. Waktu kecil aku begitu takut untuk protes, hingga sering kebagian yang tidak enak. Kursi berkutu, misalnya. Waktu kecil aku terlalu kelu untuk mengadu, sehingga diam saja bila disakiti, baik tubuh ataupun hatiku. 

Kerap kali aku menonton teman-teman berceloteh dan bercanda tawa dengan guruku. Tiap hari aku mendengar ada saja yang mengadu atau protes ini dan itu. Sebenarnya ingin sekali aku bisa begitu, tapi beringsut mendekati guru pun sudah berdebar-debar aku.

Thursday 2 July 2009

Ibuku tidak begitu

Kalau ibu digambarkan sebagai sosok yang lemah lembut, apa boleh buat, ibuku tidak begitu. Panjang sabar? Tidak juga. Tanpa pamrih? Standar saja, untuk bersandar di hari tua.

Kalau dengar lagu "Bunda"-nya Melly, aku rasa orang yang punya ibu seperti itu amat, sangat beruntung. Tetapi berapa banyak di antara kita yang beruntung dikaruniai ibu seperti itu?

Suatu malam ketika aku kelas empat SD ....

"Mi, sekarang di sekolah sahabat Epi cuma satu ...."

"Kamu pasti sombong! Makanya orang malas jadi temanmu!"

Sejak saat itu tak pernah lagi aku curhat ke ibuku.

Thursday 11 June 2009

Ngintip ke dalam Gereja Blenduk, yuk!


Bulan Mei kemarin, aku barusan nunut (nebeng) sekelompok siswa teologia yang kuliah outdoor ke Gereja Blenduk Semarang. Asiiik!
Biarpun sudah bertahun-tahun tinggal di kota ini, baru kali ini lho aku berkesempatan masuk ke dalam gereja Kristen tertua di Jawa Tengah ini. Biasanya sih cuma lewat di depannya sambil terkagum-kagum dan penasaran.

Walau jepretan kameraku amatir banget dan potensial mengundang kritik dari para pakar (he he ...), aku sih muka tebal saja deh. Yuk, ikut ngintip ke dalam Gereja Blenduk!
Begitu membuka pintu masuk, kita akan menemukan sebuah ruang kecil yang kurang lebih berfungsi sebagai kolportase mini. Setelah melalui ruang kecil itu, barulah kita bisa memasuki ruang utama gereja.

Ketika kulirik ke sebelah kanan atas ... wuih, di situlah letak orgel antik yang sangat kondang itu. Sayang sekali kami dilarang menaiki tangga yang menuju ke tempat intrumen musik langka itu. Berbahaya, posisinya sudah agak miring. Hanya koster yang boleh naik ke situ untuk merawat orgel yang terakhir dipergunakan pada tahun 1970.

Ada lagi nih yang unik, mimbarnya menyerupai rumah panggung mini. Lagi-lagi kami dilarang naik dan melongok ke dalamnya. Tempat itu khusus untuk pendeta yang berkotbah. Di kiri kanannya terdapat deretan bangku untuk anggota paduan suara dan para majelis.

Sempat pula kujepret kantong-kantong persembahan yang bergagang rotan. Bahan rotan dipilih agar serasi dengan anyaman rotan yang ada di bangku tempat duduk jemaat. Menurut koster, bangku-bangku itu sudah dipakai sejak jaman Belanda. Luar biasa, kondisinya masih bagus. Yang merawat dan memakainya patut diacungi dua jempol!

Setelah puas bertanya-tanya dan mencatat sambil jepret sana jepret sini, kami pun berpamitan. Sebelum kami pulang, kusempatkan diri menyelinap ke ruang konsistori (tempat pendeta dan majelis berdoa sebelum dan setelah kebaktian). Di situ kucium sedikit aroma kehidupan modern dengan adanya sebuah dispenser dan satu-satunya AC yang terdapat di gereja ini.

Begitu keluar dari pintu samping gereja, kami pun menyempatkan diri menengok pastori yang terletak di belakang gereja itu. Setelah itu, berakhirlah kuliah outdoor 'Sejarah Gereja' kali ini. Tujuan berikutnya yaitu ... sebuah warung bakso di dekat Gereja Blenduk. Waduh ramainya, kami sampai harus pesan dulu sambil berdiri mengantre. Sesudah dapat tempat duduk, baru deh ... sruput ... nyam nyam nyam, sedaaap ....

Wednesday 3 June 2009

Separuh duniaku

Aku termasuk perempuan yang terlambat memasuki hiruk-pikuk dunia kerja. Ketika si sulung memasuki usia tiga tahun, barulah aku menetapkan hati untuk bekerja. Dari dua tawaran yang disodorkan, kupilih posisi paruh waktu.

Friday 29 May 2009

RUMAH (yang belum sempat bikin) PINTAR

Rumah kosong di ujung gang itu tampak merana. Tengok saja pagarnya, entah apa warna aslinya, yang jelas karat-karat yang bermunculan membentuk pola polkadot yang tak karuan. Kait pagarnya sudah lama tak berfungsi, siapa saja bisa membukanya hanya dengan sedikit mendorongnya.

Bila sore tiba, ada saja anak-anak kecil yang menguakkan pintu pagar itu sekedar untuk mengejar-ngejar seekor kucing atau sebuah layangan putus.

Friday 22 May 2009

Tahukah kau, betapa aku mencintaimu

"Baiknya bagaimana ... sepertinya kamu dan anak-anak tidak bisa ikut ke sana."

Deg! Kedua kupingku berdiri tegak.

"Beasiswa itu tidak cukup untuk menghidupi kita sekeluarga. Mungkin sebaiknya aku tidak usah pergi saja ...."

Seperti ada palu yang dihantamkan ke kepalaku. Satu per-satu gelembung asa terbanting pecah.

Reptil itu melotot di atas rokku

"Ooi, sini! Lempar ke Ratna!" "Aaaww! Nggilani aaah!" "Sini, sini! Ke Lilianti!" "Hehh! Ojo thooo! Whaaa!!"

Kecut hatiku melihat satu persatu cewek diplonco menggunakan cicak bule gendut yang dipingpong ke sana kemari. Tampak cowok-cowok terpingkal-pingkal menyoraki para cewek yang ribut mengibas-ngibas rok mereka. Blaik! Ga mungkin menghindar, pintu kelas sudah dijaga sama bodiguard. Belum sempat mikir lama-lama, tau-tau ... plukk! Whaaa ... cicak itu sudah mendarat tepat di pangkuanku!Merinding sekujur tubuhku melihat reptil gemuk yang melotot di atas rokku. Aku terdiam kaku. Sementara jantungku terus empot-empotan. Saking bingung mau berbuat apa, antara sadar ga sadar tau-tau tanganku sudah bergerak ke arah binatang gemuk itu .... Hiiiyyy! Begitu tersentuh bagian perutnya yang dingin dan giyal-giyul ... hampir saja kulempar lagi makhluk itu!

Aku Mau Mati Saja

Silet di tangan kananku sudah menyentuh urat nadi berwarna kebiruan yang tampak menonjol menghiasi pergelangan tanganku yang putih pucat. Jantungku berdegup kencang terombang-ambing di antara dua pilihan. Sayat ... jangan, sayat ... jangan, sayat ... jangan, sayat!!!

Dan titik-titik darah bermunculan dari torehan yang kusayat secepat kilat.

Sayap-sayap mungil untukku

Minggu pagi ....

“Opa datang!”

Seruan itu bak lonceng merdu di telingaku. Wajah tirus berhias senyum, tubuh kurus terbalut setelan rapi .... Di mataku, inilah cowok paling guannteng seantero dunia!
Aku menyongsongnya sambil bersiap-siap berlabuh di pangkuan lelaki berkacamata itu. Siap berpetualang mengarungi kisah-kisah yang dibacakannya dari majalah anak-anak yang tak pernah absen dibawakannya. Lelaki inilah mentari masa kecilku. Segala yang kukecap terasa manis bila bersamanya.

A poem of love

LOVE

love is as red as blood
born from the deep wound in my heart

once rejected, I learn to accept
once neglected, I learn to care

love is anything but me
for love is everything about you



Ini tulisan bertahun-tahun yang lalu, saat aku masih bergabung di E**I G******a. Waktu itu aku menugaskan siswa-siswa(dewasa) untuk membuat puisi, biar solider aku sendiri bikin juga. Di luar dugaan, banyak kisah menarik muncul lewat tulisan mereka yang kupajang di papan kreasi. Aku sendiri mendapat kesempatan curhat juga lewat puisiku.