Aku termasuk perempuan yang terlambat memasuki hiruk-pikuk dunia kerja. Ketika si sulung memasuki usia tiga tahun, barulah aku menetapkan hati untuk bekerja. Dari dua tawaran yang disodorkan, kupilih posisi paruh waktu.
Ketika kemudian supervisor mendorongku untuk bekerja sepenuh waktu, aku terjerat kebimbangan. Sungguh kunikmati pekerjaanku, namun aku keberatan untuk menambah porsi waktu. Sedangkan sebagai part-timer saja sudah menipis porsi buat anakku. Akhirnya kutolak tawaran itu. Plus, sepakat dengan suami, kutunda kehamilan berikutnya agar bisa tetap bekerja.
Ketika si bungsu mulai hadir di rahimku, aku sadar cepat atau lambat aku akan mengundurkan diri. Inilah alasan mengapa aku begitu terlambat memasuki dunia kerja. Karena aku ingin merawat sendiri bayiku.
Munculnya sedikit pendarahan memaksaku mengundurkan diri dua bulan lebih awal. Besar sekali arti perbedaan dua bulan itu bagiku. Dengan tergesa kuucapkan selamat tinggal kepada separuh duniaku.
Mengapa tidak mengambil cuti saja, desak teman-temanku waktu itu. Aku cuma melempar senyum seraya menggeleng. Tak ingin panjang lebar menjelaskan cita-citaku mendampingi anakku di tahun-tahun pertama kehidupannya.
Manajer pun menawarkan cuti setahun penuh bila aku menginginkan. Tawaran yang cukup menggiurkan. Toh dengan keras kepala kutolak juga. Teman-temanku menyayangkan keputusanku. Hamil dan mempunyai anak itu soal biasa. Mengapa harus berhenti bekerja?
Bagiku itu pilihan. Banyak perempuan yang memilih tetap bekerja segera setelah melahirkan. Aktualisasi diri atau ikut menopang ekonomi keluarga adalah sebagian alasan. Pengasuhan bayi diserahkan kepada kakek-nenek, saudara, baby sitter, pembantu ... atau siapa pun yang para ibu percayai. Di lain pihak, banyak pula perempuan yang berhenti bekerja setelah memiliki bayi. Entah karena tak ada yang dapat dimintai tolong mengasuh sang bayi, permintaan suami, atau karena keinginan sendiri. Aku termasuk dalam golongan yang terakhir.
Sebagian perempuan sanggup bekerja dengan baik sekaligus mendampingi anak-anak mereka. Aku berbahagia untuk mereka. Karena (selama anak-anakku di usia balita) aku tidak bisa. Ketika aku fokus ke anak, persiapan kerjaku tidak seperti yang kuinginkan. Sebaliknya ketika aku fokus ke pekerjaan, waktu dan perhatianku buat anak jadi jauh berkurang. Aku benci bagai pendulum, silih berganti berayun pada dua sisi yang berseberangan.
Saat ini bungsuku sudah duduk di Sekolah Dasar kelas satu. Sedikit demi sedikit ia sudah belajar mandiri. Aku mendengar denting-denting lonceng nan merdu. Aku bersiap ... sesuatu telah menantiku. Beberapa bayangan bersliweran di benakku. Kilasan kemungkinan perjalananku selanjutnya. Yang kutahu, di tahun-tahun yang kujalani bersama Kristus Tuhanku, tak pernah tersesat langkahku selama Ia besertaku
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mbak, aku salut dengan pilihannya... mbikin aku jadi tambah kagum aja ama embak... selamat n' sukses ya... salam untuk permata hatinya dari seorang yang baru saja menjadi sahabat... jangan bosan kalo aku sering berkunjung ke sini...
ReplyDeleteia membuat segalanya indah pada waktuNya...
ReplyDeleteTuhan mempercayakan anak2 untuk kita kasihi dan bersyukurlah karena telah menerima anugrah itu.
adalah suatu suka cita yang tak terkira saat seorang ibu melihat anak yang ia kasihi bertumbuh sesuai rencanaNya
walaupun di rumah masih tetap bisa berkarya kan? ^_^ ngikut slogane mbak iik SEMANGAT he he he
ReplyDelete@mas guntur: aku justru salut ama yg bisa dua2nya. Bosan? ah, mas ada2 aja, he he
ReplyDelete@Lisna Lina: iya, Lin ... aku bersyukuuur sekali. Doaku juga begitu. Wish u all the best
@antowi: tetap berkarya. Setuju seribu kali setuju, semangat!
salam kenal juga eha,
ReplyDeletesaya beberapa kali membaca tulisan eha di ss. ternyata eha ngajak kenal duluan, duh senangnya, tulisan eha bagus deh, belum bhs inggrisnya ...
saya juga ibu rt, walaupun sempat berkarir.
sama, saya juga tidak bisa memberikan pengasuhan anak2 kepada orang lain.
sama, saya juga percaya Tuhan pasti buka jalan. sekarang ini banyak kok ibu rt yang kerja dari rumah. yuk, rintis dan tetap semangat !!
jia you, eha !!
Waaa ... senang sekali dikunjungi hannilemon! Terimakasih atas pujian dan dorongan semangatnya. Aku akan sering-sering berkunjung ke sana yah ;D
ReplyDeleteposting-postingnya jadi berkat banget loh!! thanks dah berkunjung ke blog saya! Sekarang anaknya dah kelas berapa?
ReplyDeleteTerimakasih buat teman2 yang memberi tanggapan buat tulisanku.
ReplyDelete@Mrs Irontius Lou: si bungsu naik ke kelas dua ... he he, i'd like to know u better
wah...salut mba...GBU ;)
ReplyDelete