Tuesday, 3 January 2012
My Way
Dengan amat yakin lelaki paruh baya itu menggapai mikrofon yang seolah memang disediakan untuknya. Dalam hitungan detik, benda itu telah mantap berada dalam genggamannya. Sejenak sepasang mata kelabunya tersenyum menatapku. Aku baru sadar, sejak tadi mataku tak berkedip mengikuti setiap gerak tubuhnya.
My Way. Lagu yang dipilihnya. Itu lagu favoritnya. Aku baru tahu. Dipersembahkannya buatku. Siang itu.
Intro mengalun. Kedua telingaku nyaris tak sabar menangkap getar pita suara yang dipuja-puja semua orang yang mengenalnya, kecuali ibuku. Aku sendiri belum pernah menyaksikannya tampil di muka umum. Hanya lamat-lamat kuingat siulan dan penggalan-penggalan suaranya menyeruak di antara bunyi guyuran air dari kamar mandi. Dulu. Dulu sekali.
Ketika nada-nada sendu dari lirik awal lagu itu mengalir lewat bibirnya ... aku terpana. Terperangah. Samar-samar kudengar gemuruh tepuk tangan dari para pengunjung. Bagai robot, aku ikut menggerakkan kedua telapak tanganku. Seperti mimpi.
Suara itu. Membiusku. Suara seindah itu ... bahkan kekuatan cinta ibuku pun tak mampu memberangusnya. Aku terbawa dalam setiap tarikan napasnya. Aku terhanyut dalam kedahsyatan makna liriknya.
... For what is a man, what has he got?
If not himself, then he has not
To say the things he truly feels
And not the words of one who kneels
The record shows I took the blows
And did it my way
... Yes, it was my way
Sekali lagi gemuruh tepuk tangan memenuhi udara. Detak jantungku berkejaran akibat berkali-kali menahan napas tanpa sadar. Belum lagi pulih degup jantungku, tangannya terulur mengundangku maju. Siang itu aku mengenal sosok ayahku lebih dari enam tahun kosong yang pernah kulalui bersamanya. Siang itu aku mengenalnya. Dari lagu-lagu yang dinyanyikannya. Dan dari lagu-lagu yang dimintanya tuk kunyanyikan.
Aku menyimpan kenangan siang itu. Satu-satunya saat aku merasa memilikinya. Hanya kali itu. Dan setiap kali aku merindukannya, kuputar ulang kenangan itu di kepalaku. Dan kukatakan kepada diriku ... lihat, itu ayahku. Itu ayahku.
Related post: Stupid Cupid
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
i did it...hihihi..i love my way too..keren lagunya...
ReplyDeletekeren ayahnyaaaa!
ReplyDeletethumb's up!
:D
lagu ini keren meskipun rada jadul ya.
ReplyDeletewiih bagaikan berasa saya yang nyanyi dan ngerasain suasana manggungnya. hehehe..
ReplyDeleteini lagi lama yah, kayaknya liriknya pernah tahu deh
gak pernah denger lagu itu, tapi kalau memang ayah yang nyanyiin buat kita, rasanya so speciaaaalllll banget. hehehehe
ReplyDeleteiia bener keren ayahnya :)
ReplyDeleteini kenangan terindah bersama ayah ya
ReplyDeleteSaya suka lirik lagu ini, serta alunan nadanya memang khas banget..serasa mengirimku ke zaman lagu itu sedang hits jika mendengarkannya..
ReplyDeleteWah, betapa sebuah kenangan indah bersama ayah yang mbak evy miliki.. :)
Jadi inget sesuatu ...
ReplyDeletesangat indah mbak... aku suka...
ReplyDeleteayahmu berarti orang yang terkenal yaa :)
ReplyDeleteOw... Ini kisah tempo dulu ya mbk? Atau gimana sih? Hehehe. Maklum. Ow, ya. Soal lagunya memang bagus sih.
ReplyDeleteTapi, aku rasa ini cerita tentang kebanggan kakak pada Ayah ya?