Pukul sebelas malam.
Ruang tengah yang memanjang itu begitu lengang. Tak terdengar dentang merdu jam kuno yang tergantung jauh di atas satu-satunya meja besar tempat bersandingnya televisi hitam putih dan sebuah radio kuno.
Jam itu terlupakan. Kalaupun ada yang ingat untuk menggunakan kunci putarnya, tak ada yang sempat melakukannya. Rumah itu kosong seharian tadi.
Mata gadis itu menatap lurus ke depan. Membentur layar televisi yang dingin dan hitam. Tak menyala. Suatu hal yang langka, mengingat tak terhitung banyaknya malam di mana televisi itu harus rela terus-menerus dipelototi gadis belia di awal usia belasan tahun itu sampai larut.
Tapi tidak kali ini. Tak terbetik hasratnya untuk menyentuh tombol kotak ajaib itu. Walau tak seorang pun akan memintanya pindah dari kursi bobrok di depan televisi yang sudah dianggap sebagai singgasananya. Seperti yang sering dilakukan kakeknya bila sang kakek ingin menikmati siaran televisi dari tempat yang paling strategis itu.
Si gadis belia menatap kekosongan di sekelilingnya. Meresapi kesendiriannya. Berteman cicak, kecoa dan tikus-tikus yang bersembunyi entah di mana.
Tak ada air mata di sepasang mata beningnya. Hanya kekosongan yang menggigit. Sedingin udara malam yang menerobos lewat lubang-lubang angin di atas jajaran jendela.
Jauh di dapur. Di sebuah sudut. Sebuah kursi roda terlipat rapi. Menanti sang pemilik yang tak kunjung pulang. Kakek si gadis belia itu kini tak memerlukannya lagi. Esok pagi ia akan dikremasi. Menyusul sang istri yang telah mendahului.
(gambar diambil dari sini)
Wednesday, 3 February 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
betapa senangnya... mbak... akhirnya datang lagi dengan postingan baru... ini kisah nyata ya mbak?
ReplyDeletesendiri,..alngkah sepi *_*
ReplyDelete@ Mas goen: semua yang berlabel 'journey of life' itu petikan perjalanan hidupku. Senang sekali kembali dikunjungi.
ReplyDelete@ SeNja: jumpa lagi, Mbak ^_^
Senangnya Vy, membaca kembali tulisanmu. Kamu tuh bisa loh menulis novel yang bagus. Ayoh Vy, aku dukung!!
ReplyDeleteMbak.., kisah-2 yang diangkat dari sini selalu membuatku haru. Ini cerita tentang kepergian kakeknya mbak Evy ya..?
ReplyDeleteOhya mbak.., menyambut kedatangan kembali mbak Evy di dunia blog, aku kirimin award nih. Diambil disini ya : http://another-reni.blogspot.com/2010/02/rasa-penasaran-dan-template-baru.html
belum ada yg baru mba ??
ReplyDeletemengunjungimu lagi didini hari saat mataku kembali terjaga ^^
Hey ketemu lagi mbak Evy. Kisah sendu tapi indah. Begitulah rasa kehilangan orang tercinta ya.
ReplyDeleteTrenyuh bacanya.
ReplyDelete