Si gadis kecil mematung di depan lemari butut yang sudah sulit dikenali warna catnya. Bau apek menguar dari koran lapuk yang telah menguning namun masih setia menempel di papan-papan lemari.
Tumpukan baju dengan cepat berpindah dari lemari ke koper si bibi. Celana dan kutang yang tersembunyi di sudut yang paling dalam pun tak terlewatkan. Bedak, lipstik dan parfum murah yang nyaris utuh masih terserak di dipan, tepat di sisi lemari butut.
Showing posts with label orang-orang di dekatku. Show all posts
Showing posts with label orang-orang di dekatku. Show all posts
Thursday, 10 March 2011
Friday, 4 March 2011
Gadis kecil: Perjumpaan
Kaki si bibi keseleo. Sudah dilabur parem dan dioles Rheumason tiga hari, bukannya sembuh malah bengkaknya makin menjadi.
"Dibawa ke tukang urut ya?" bujuk ibu si gadis kecil.
"Jangan, Nyah ...," pinta si bibi memelas. Dia paling ngeri berobat. Baginya dokter atau tukang urut sama saja. Yang satu suka nyuntik, satunya lagi suka mencet-mencet bagian yang sakit. Butuh dua ribu satu macam 'gombalan' bahwa diurut itu tidak bakal sakit sebelum akhirnya si bibi mengangguk enggan.
"Dibawa ke tukang urut ya?" bujuk ibu si gadis kecil.
"Jangan, Nyah ...," pinta si bibi memelas. Dia paling ngeri berobat. Baginya dokter atau tukang urut sama saja. Yang satu suka nyuntik, satunya lagi suka mencet-mencet bagian yang sakit. Butuh dua ribu satu macam 'gombalan' bahwa diurut itu tidak bakal sakit sebelum akhirnya si bibi mengangguk enggan.
Kategori:
journey of life,
masa kecil,
orang-orang di dekatku
Subscribe to:
Posts (Atom)